Wednesday, July 21, 2010

filsafat dan ilmu dalam pandangan islam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat dan ilmu
1. Pengertian Bahasa
Ditinjau dari segi etimologinya, epistimologgi berasal dari kata Yunani epistema dan logos. Episteme berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti teori, uraian, atau ulasan. Berhubungan dengan pengertian filsafat pengetahuan, lebih tepat logos diterjemahakan dalam arti teori, jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan, dalam bahasa inggris dipergunakan istilah theory of knowledge.


Sedangkan Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘Alima – Ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan pengertian Ilmu :
“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
2. Pengertian Menurut Definisi
Definisi seperti yang dikutip oleh the Laing Gie dari The Encyclopedia of Philosophy, sebagai berikut : cabang ilmu yang bersangkutan dengan dasar dan ruang lingkup pengetahuan, praanggapan-praanggapan dan dasar-dasarnya serta reabilitas umum dari tuntutan akan pengetahuan.
Sedangkan Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu”.

B. Hubungan dan Perbedaan Filsafat dan Ilmu
Filsafat dan ilmu merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lainnya dimana telah diketahui bahwa filsafat merupakan disiplin dan sistem pemikiran tentang enam jenis persoalan berhubungan dengan “(1) hal ada, (2) pengetahuan, (3)metode, (4) penyimpulan, (5) moralitas, dan (6) keindahan. Keenam jenis persoalan ini merupakan materi yang dipelajari, dan kemudian menjadi bagian utama studi filsafat yang terkenal sebagai metafisika, epistemologi, metodologi, logika, etika dan estetika”, sedangkan ilmu merupakan hasil dari filsafat itu sendiri yang nantinya akan bercabang menjadi berbagai disiplin ilmu yang banyak sekali
Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak. Menurut Sidi Gazlba (1976 : 25) Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama Tuhan. Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964 : 7) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat

C. Kedudukan filsafat menurut islam
Dalam tulisan yang berjudul ” Epistemologi di dalam Islam” yang dimuat dalam surat kabar Salemba terbitan juli 1979 S.I Poeradisastra menulis antara lain Epistemologi dalam Islam berjalan dari tingkat-tingkat :

1. Perenungan tentang sunnatullah sebagaimana yang dianjurkan dalam al Qur’an
1. Penginderaan
2. Pencerapan
3. Penyajian
4. Konsep
5. Timbangan
6. Penalaran

Selanjutnya beliau mengatakan bahwa epistemologi dalam Islam tidak terpusat kedalam manusia yang menganggap manusia sendiri sebagai mahluk mandiri dan menentukan segala-galanya, melainkan berpusat kepada Allah swt. Sehingga berhasil atau tidaknya tergantung seettiap usaha manusia, kepada iradat Allah swt.
Setelah mengetengahkan unsur-unsur filsafat pengetahuan Islam, maka dapat dilihat beberapa perbedaannya dengan epistemologi pada umumnya. Pada garis besarnya, perbedaan itu terletak pada masalah yang bersangkutan dengan sumber pengetahuan dalam Islam yakni wahyu dan ilham; sedangkan masalah kebenaran epistemologi pada umumnya menganggap kebenaran hanya berpusat pada manusia sebagai mahluk mandiri yang menentukan kebenaran. Menurut pendapat penulis Epistemologi Islam juga membicarakan mengenai pandangan pemikir Islam tentang pengetahuan dimana manusia tidak lain hanyalah khalifah Allah, sebagai mahluk pencari kebenaran. Sebagai mahluk pencari kebenaran, manusia tergantung kepada Allah sebagai pemberi kebenaran.

D. Kedudukan Ilmu Menurut Islam
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al Qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al Qur’an sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dariagama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani9(1995; 39) sebagai berikut ;
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al Quran dan Al –sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi’’
Allah s.w.t berfirman dalam Al Qur’an Surat al Mujadalah Ayat 11 yang artinya:
                                
“Allah meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan).dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut Ilmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah ,sehingga akan tumbuh rasakepada Allah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal ini sejalan dengan firman Allah:
 ••                  
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya hanyalah ulama (orang berilmu)" (surat faatir:28)
Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, Al Qur’an juga mendorong umat islam untuk berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam Al Qur’an sursat Thaha ayayt 114 yang artinya “dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan “. dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman Allah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artinya:
                                           
“Bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan Kamu dari segumpal darah. Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah.Yang mengajar (manusia ) dengan perantara. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.”
Ayat –ayat tersebut, jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga, yang berarti juga rasa takut kepeada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh, dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal .
Di samping ayat –ayat al Qur'an, banyak juga hadis yang memberikan dorongan kuat untuk menuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaami’u Ashogir (Jalaludin-Asuyuti, t. t :44 ) :
أطلب العلم ولو في الصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم
“Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim’”(hadis riwayat Baihaqi).
Dari hadist tersebut di atas, semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu, dimana menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah,

E. Filsafat dan Ilmu dalam Pandangan Islam
Filsafat merupakan suatu cara yang di dalam islam serupa dengan ijtihad, yakni berungsi untuk menggali dan mencari suatu keilmuan dan hukum yang belum ada dan belum ditemukan baik didalam Al-Qur'an maupun Al-Hadist, yang mana cara yang digunakan telah di jelaskan melalui tahapan-tahapan tertentu yakni : Penginderaan, Pencerapan, Penyajian, Konsep, Timbangan dan Penalaran. Sehingga nantinya akan di peroleh sesuatu yang baru
Sedangkan ilmu yang merupakan hasil dari penggalian filsafat tersebut adalah sebuah pengetahuan yang wajib kita pelajari sampai batas kemampuan akal an diri kita sampai nabi memerintahkan untuk menuntut ilmu ini meski sampai menyebrangi lautan dan pergi ke negeri cina, sebuah filosofi perumpaan yang sangat tinggi yang menggambarkan begitu pentingnya ilmu didalam islam, sebab ilmu merupakan suatu solusi untuk memajukan ummat islam ini.
Filsafat yang tidak dibenarkan oleh islam adalah filsafat yang hanya meninitik beratkan pada rasionalitas dan akal, sebab manusia adalah makhluk yang memiliki banyak keterbatasan untuk mengetahui semua keilmuan yang ada di dunia ini, Imam Al-ghozali dalam kitabnya Al-Ihya' al-ulumuddin membandingkan antara pengetahuan seluruh manusia dan tuhan adalah ibarat setetes air di tengah lautan yang luas
Sehingga nyata kiranya islam tidak melarang filsafat akan tetapi harus sesuai dan sejala dengan aturan dan syari'at islam yang telah digariskan. Sehingga pada akhirnya filsafat dan ilmu dapat berjalan seiringan sehingga dapat diambil kemanfaatannya oleh umat islam itu sendiri
Dalam Islam filsafat dan ilmu pengetahuan berjalan seiring dan berdampingan, meskipun terdapat beberapa friksi antara filsafat dan ilmu, tetapi itu sangat sedikit dan terjadi karena interpretasi dari teks agama yang terlalu dini. Namun secara keseluruhan filsafat dan ilmu saling mendukung. Malah tidak sedikit dari ulama Islam, juga sebagai ilmuwan seperti : Ibnu Sina, al Farabi, Jabir bin al Hayyan, al Khawarizmi, Syekh al Thusi dan yang lainnya. Oleh karena itu, ledakan intelektual dalam Islam tidak terjadi. Perkembangan ilmu di dunia Islam relatif stabil dan tenang
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 comments: