BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisasi tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis. Karena setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lain saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
Adanya sistem nafs pada manusia menyebabkan ia menjadi mahkluk yang berpikir dan merasa. Manusia tidak tunduk begitu saja kepada keinginannya, tidak pula pasif terhadap lingkungan, tetapi secara aktif ia bereaksi terhadap lingkungan. Manusia berusah memahami lingkungan yang dihadapinya dan meresponnya dengan pikiran yang dimiliki. Manusia dapat memberi makna positif kepada rangsang yang diterimanya, dan pada dasarnya ia dapat berpikir konstruktif.
Keinginan manusia untuk mencapai aktualisasi diri,sering kali dikaitkan dengan realitas disekitarnya. Kecenderungan manusia untuk merubah merupakan suatu proses pembentukan kepribadian atau karakter. Pada dasarnya pembentukan kepribadian adalah suatu proses pembentukan tingkah laku seseorang. Hal itu akan menampilkan sikap dan perilaku yang berbeda. Dari proses pencapain kebutuhan ini, muncul beberapa kesalahan pemahan (persepsi) tentang kesadaran diri.Dengan kata lain,manusia hanya mengacu pada perkembangan wacana ataupun mode di masyarakat untuk memanipulasi dirinya menjadi serupa dengan sosok yang diinginkan. Dalam hal ini, unsur yang tidak terpenuhi dalam konsep kesadaran diri adalah unsur mengenal terhadap diri.
Oleh karenan itu manusia dapat dipastikan akan berubah sesuai dengan keadaan, pengaruh lingkungan dan kebutuhan yang berlaku dan mendesak kepadanya, lingkungan sosial sangat menentukan watak dan prilaku seseorang, apakah orang tersebut nantinya akan berprilaku baik apakah buruk, tentunya selain dari lingkungan, juga tergantung pada individual diri orang tersebut.
Dan dalam kesempatan kali inikami akan membahas tentang pembentukan dan perubahan tingkah laku manusia, semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tingkah laku manusia?
2. Bagaimana proses pembentukan dan perubahan tingkah laku tersebut?
III. Tujuan Penelitian
Agar para mahasiswa lebih mngetahui tentang pembentukan dan perubahan tingkah laku manusia
Untuk memenuhi tugas diskkusi kelas pada mata kuliah psikologi
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Tingkah Laku Manusia
Tingkah laku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika.
Perilaku manusia merupakan dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada pada manusia. Karakteristik perilaku ada yang terbuka dan tertutup.Perilaku terbuka yaitu perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan perilaku tertutup adalah perilaku yang hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu misalnya berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi dan takut. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian dri yang harus diselaraskan peran manusia sebagai mahkluk individu, sosial dan berketuhanan.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. perubahan Anak yang merasa ketakutan ketika berjalan sendiri pada malam hari merupakan hasil dari belajar anak telah belajar menghubungkan kegelapan dengan suatu keadaan yang menyeramkan. Reaksi ini dapat diperoleh secara tidak sadar maupun secara sadar dan juga dapat diperoleh dari hasil belajar
II. Mengenal Tentang Tingkah Laku
Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku.
Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofi tertentu tentang manusia. Setiap individu dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial, meskipun juga menganggap tingkah laku pada dasarnya merupakan hasil dari pengaruh lingkungan dan faktor-faktor genetik.
Karakter Manusia tidak terbentuk secara tiba-tiba, tetapi bermodal
tabiat bawaan genetika orang tuanya kemudian terbangun sejalan dengan
proses interaksi social dan internalisasi nilai-nilai dalam medan
Stimulus dan Respond sepanjang hidupnya. Perilaku manusia tidak cukup
difahami dari apa yang nampak, tetapi harus dicari dasarnya. Tidak
semua senyum bermakna keramahan, demikian juga tidak semua tindak
kekerasan bermakna permusuhan. Diantara yang mendasari tingkah laku
manusia adalah : Instinc. Adat kebiasaan, keturunan, lingkungan, motivasi dan keinsyafan
Instinc bersifat universal; seperti (1) instinct menjaga
diri agar tetap hidup, (2) instinct seksual dan (3) instinct takut.
Semua manusia memiliki instinct ini.
Adat kebiasaan. Perbuatan yang diulang-ulag dalam waktu lama oleh
perorangan atau oleh kelompok masyarakat sehingga menjadi mudah
mengerjakannya, disebut kebiasaan. Cara berjalan, cara mengungkapkan
kegembiraan atau kemarahan, cara berbicara adalah wujud dari
kebiasaan. Orang merasa nyaman dengan kebiasaan itu meski belum tentu
logis.
Keturunan. Ajaran Islam menganjurkan selektip memilih calon
pasangan hidup, karena karakteristik genetika orang tua akan menurun
kepada anaknya hingga pada perilaku.
Lingkungan. Menurut sebuah penelitian psikologi; 83% perilaku
manusia dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar
dan 6% sisanya oleh berbagai stimulus.
Motivasi. Setiap manusia melakukan sesuatu pasti ada tujuan yang
ingin dicapai. Motivasi melakukan sesuatu bisa karena (a) keyakinan
terhadap sesuatu, (b) karena terbawa perilaku orang lain, (c) karena
terpedaya atau terpesona terhadap sesuatu.
Keinsyafan. Keinsyafan merupakan kalkulasi psikologis yang
berhubungan dengan (a) ketajaman nurani, atau (b) kuatnya cita-cita
atau (c) kuatnya kehendak.
Terapi tingkah laku kontemporer bukanlah suatu pendekatan yang sepenuhnya deterministik dan mekanistik, yang menyingkirkan potensi para klien untuk memilih. Hanya para “Behavoris yang Radikal” yang menyingkirkan kemungkinan menentukan diri dari individu.
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda – beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu :
(1) Pendekatan Neurobiological
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiological berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.
(2) Pendekatan Perilaku
Menurut pendekatan ini tingkah laku pada dasarnya adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S – R atau suatu kaitan Stimulus – Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J. B Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti Skinner, dan melahirkkan banyak sub aliran
(3)Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu ( Organisme ) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Jika dibuatkan model adalah sebagai berikut S – O – R. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang
(4)Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan ini dikembangkan oleh Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar dan sewaktu – waktu akan menuntut untuk dipuaskan
(5) Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan ini lebih memperhatikan pada pengalaman subjektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya.Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.
III. PROSES PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN TINGKAH LAKU
A. Teori Pembentukan dan Perubahan Tingkah Laku
Banyak sekali teori yang ada dalam pembentukan dan perubahan tingkah laku dan dalam kesempatan kali ini kami akan menjelaskan tentang teori yang dikemukakan oleh teori pembiasaan yang dikemukakan oleh Dollard dan Miller
Teori Belajar Sosial dan Tiruan Dari Millers dan Dollard
Pandangan Millers dan Dollard bertitik tolak pada teori Hull yang kemudian dikembangkan menjadi teori tersendiri. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu merupakan hasil belajar. Oleh karena itu untuk memahami tingkah laku sosial dan proses belajar sosial, kita harus mengetahui prinsip-prinsip psikologi belajar.
Prinsip belajar itu terdiri dari 4, yakni dorongan (drive), isyarat (cue), tingkah laku balas (respons), dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling mengait satu sama lain, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi respons, respons menjadi ganjaran, dan seterusnya.
Dorongan adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap organisme (manusia) untuk bertingkah laku. Stimulus-stimulus yang cukup kuat pada umumnya bersifat biologis seperti lapar, haus, seks, kejenuhan, dan sebagainya. Stimulus-stimulus ini disebut dorongan primer yang menjadi dasar utama untuk motivasi. Menurut Miller dan Dollard semua tingkah laku (termasuk tingkah laku tiruan) didasari oleh dorongan-dorongan primer ini.
Isyarat adalah rangsangan yang menentukan bila dan dimana suatu respons akan timbul dan terjadi. Isyarat ini dapat disamakan dengan rangsangan diskriminatif. Didalam belajar sosial, isyarat yang terpenting adalah tingkah laku orang lain, baik yang langsung ditujukan orang tertentu maupun yang tidak, misalnya anggukan kepala merupakan isyarat untuk setuju, uluran tangan merupakan isyarat untuk berjabat tangan.
Mengenai tingkah laku balas (respons), mereka berpendapat bahwa manusia mempunyai hirarki bawaan tingkah laku. Pada saat manusia dihadapkan untuk pertama kali kepada suatu rangsangan tertentu maka respons (tingkah laku balas) yang timbul didasarkan pada hirarki bawaan tersebut. Setelah beberapa kali terjadi ganjaran dan hukuman maka tingkah laku balas yang sesuai dengan faktor-faktor penguat tersebut disusun menjadi hirarki resultan (resultant hierarchy of respons).
Disinilah pentingnya belajar dengan coba-coba dan ralat (trial and error learning). Dalam tingkah laku sosial, belajar coba-ralat dikurangi dengan belajar tiruan dimana seseorang tinggal meniru tingkah laku orang lain untuk dapat memberikan respons yang tepat. Sehingga ia tidak perlu membuang waktu untuk belajar dengan coba-ralat.
Ganjaran adalah rangsang yang menetapkan apakah tingkah laku balas diulang atau tidak dalam kesempatan yang lain. Menurut Miller dan Dollard ada 2 reward atau ganjaran, yakni ganjaran primer yang memenuhi dorongan-dorongan primer dan ganjaran sekunder yang memenuhi dorongan-dorongan sekunder. Mereka membedakan 3 macam mekanisme tingkah laku tiruan, yakni :
a. Tingkah Laku Sama
Tingkah laku ini terjadi pada 2 orang yang bertingkah laku balas (respons) sama terhadap rangsangan atau isyarat yang sama. Contoh 2 orang yang berbelanja di toko yang sama dan dengan barang yang sama. Tingkah laku yang sama ini tidak selalu hasil tiruan maka tidak dibahas lebih lanjut oleh pembuat teori.
b. Tingkah laku Tergantung (Matched Dependent Behavior)
Tingkah laku ini timbul dalam interaksi antara 2 pihak dimana salah satu pihak mempunyai kelebihan (lebih pandai, lebih mampu, lebih tua, dan sebagainya) dari pihak yang lain. Dalam hal ini, pihak yang lain atau pihak yang kurang tersebut akan menyesuaikan tingkah laku (match) dan akan tergantung (dependent) pada pihak yang lebih.
Misalnya kakak adik yang sedang bermain menunggu ibunya pulang dari pasar. Biasanya ibu mereka membawa coklat. Terdengar ibunya pulang, kakak segera menjemput ibunya kemudian diikuti oleh adiknya. Ternyata mereka mendapatkan coklat (ganjaran). Adiknya yang semula hanya meniru tingkah laku kakaknya, dilain waktu meskipun kakaknya tidak ada, ia akan lari menjemput ibunya yang baru pulang dari pasar.
c. Tingkah Laku Salinan (Copying Behavior)
Seperti tingkah laku tergantung, pada tingkah laku salinan, peniru bertingkah laku atas dasar isyarat yang berupa tingkah laku pula yang diberikan oleh model. Demikian juga dalam tingkah laku salinan ini, pengaruh ganjaran dan hukuman sangat besar terhadap kuat atau lemahnya tingkah laku tiruan.
Perbedaannya dengan tingkah laku tergantung adalah dalam tingkah laku tergantung ini si peniru hanya bertingkah laku terhadap isyarat yang diberikan oleh model pada saat itu saja. Sedangkan pada tingkah laku salinan, si peniru memperhatikan juga tingkah laku model di masa yang lalu maupun yang akan dilakukan di waktu mendatang.
Hal ini berarti perkiraan tentang tingkah laku model dalam kurun waktu yang relatif panjang ini akan dijadikan patokan oleh di peniru untuk memperbaiki tingkah lakunya sendiri dimasa yang akan datang sehingga lebih mendekati tingkah laku model.
Dari semua penjelasan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwasanya, manusia akan berubah sesuai dengan apa yang mereka pelajari, baik dari keluarga, teman, sahabat ataupun belajar dari diri mereka sendiri, proses pembelajaran diri inilah yang nantinya akan membentuk tingkah laku seseorang tersebut, sedangkan pembentukan tersebut sangat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan orang tersebut baik dalam kesehariannya ataupun dalam keadaaan tertentu seperti ketika ia menghadapi keadaan dimana pada keadaan biasa ia tidak berani melawan, maka ketika dalam keadaan terdesak, ia akan melawan sebab berkaitan dengan sesuatu yang sangat ia butuhkan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Tingkah laku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian dri yang harus diselaraskan peran manusia sebagai mahkluk individu, sosial dan berketuhananBelajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. perubahan Anak yang merasa ketakutan ketika berjalan sendiri pada malam hari merupakan hasil dari belajar anak telah belajar menghubungkan kegelapan dengan suatu keadaan yang menyeramkan. Reaksi ini dapat diperoleh secara tidak sadar maupun secara sadar dan juga dapat diperoleh dari hasil belajar
Karakter Manusia tidak terbentuk secara tiba-tiba, tetapi bermodal tabiat bawaan genetika orang tuanya kemudian terbangun sejalan dengan proses interaksi social dan internalisasi nilai-nilai dalam medan Stimulus dan Respond sepanjang hidupnya. Perilaku manusia tidak cukup difahami dari apa yang nampak, tetapi harus dicari dasarnya. Tidak semua senyum bermakna keramahan, demikian juga tidak semua tindak kekerasan bermakna permusuhan. Diantara yang mendasari tingkah laku manusia adalah : Instinc. Adat kebiasaan, keturunan, lingkungan, motivasi dan keinsyafan. Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda – beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan. Banyak sekali teori yang ada dalam pembentukan dan perubahan tingkah laku seperti teori yang dikemukakan oleh teori pembiasaan yang dikemukakan oleh Dollard dan Miller
Daftar Pustaka
Ngalim Purwanto.2004.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Rosdakarya
Calhoun, james dan joan ross. 1995.Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian. Penerjemah: Satmoko, R.S. Edisi ketiga. IKIP Semarang Press. Semarang
Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Agama: Sebuah Pengantar. Bandung: Penerbit Mizan
Hidayat, Komaruddin., dkk. 1999. Psikologi Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Logos
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Sarwono, S.W. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Irwanto dkk, 1994, psikologi Umum, gramedis, Jakarta
Tri Rusmi Widayatun, 1999 ilmu perilaku Infiomedika , jakarta
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
SEO
Wednesday, July 21, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment