BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan psikologi manusia
Orang dewasa yang matang perkembangan kognitifnya lebih sistematis dalam memecahkan masalahnya. Begitu juga dalam merumuskan hipotesis masalah lebih terarah dengan pertimbangan logika yang makin mantap, karena lebih banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan dibanding dengan remaja. Biasanya orang dewasa awal mulai berfikir yang lebih liberal dan bijaksana dalam mengambil keputusan tentang cara memecahkan masalah dan cara berfikirnya mutlak dan optimis yang meluap, mulai berkurang pada masa dewasa awal ini. Pada masa ini terjadi peningkatan kemampuan mempertimbangkan banyak hal dalam menghadapi masalah, sehingga ia bersikap lebih tolernsi terhadap hal-hal yang tidak diingikan. Orang dewasa awal seperti ini lebih bijaksana menyelesaikan masalah kehidupan
Pasa masa dewasa awal terjadi integritas baru dalam berfikir. Dia lebih pragmatis dalam memecahkan masalah bukan hanya berdasarkan analisis logika semata. Orang dewasa lebih mengetahui pentingnya mempertimbangkan unsur non logika dalam memecahkan masalah. Misal dalam pemecahan masalah penyalah gunaan narkoba oleh siswa, terdapat perbedaan cara pemecahan antara remaja dengan orang dewasa awal, antara lain:
· Menurut remaja
Siswa yang melakukan penyalahgunaan narkoba dikeluarkan saja dari sekolahnya
· Menurut orang dewasa awal
Siswa yang melakukan penyalahgunaan narkoba hendaklah dibina dengan cara..
- Pembekalan pengetahuan tentang berbagai akibat narkoba terhadap kesehatan.
- Pemberian bimbingan oleh guru BP atau Bk di sekolah bersangkutan.
- Mangingatkan upaya orang tua siwa bersangkutan untuk mengawasi anaknya.
- Pemberian kesempatan untuk merasa berpatisipasi dan dikasihi
Menurut Pery (1970) kemampuan berfiir orang dewasa awal lebih berkualitas dibandingkan dengan ketika remaja. Hal ini dapat diketahui sebagai berikut:
1. Mampu berfikir multiple sebagai perubahan dari berfikir dualistis pada masa remaja. Sewaktu remaja mamandang permasalahan dalam kehidupannya sangat politistik yaitu terpola oleh dua sisi saja, benar salah, baik buruk, aku dia lain-lain. Ketika dewasa orang menyadari bahwa kehidupan ini tidak dapat dipahami dari dua sisi atau pokok yang sempit, tetapi dipahami dari berbagai sisinya dengan multi pandangan. Oleh karena itu orang dewasa awal mampu memahami perbedaan pandangan dari banyak orang dan manfaat untuk memecahkan masalah secara sempurna.
2. Orang dewasa awal telah mencapai kemampan berfikir full relativisme. Kemmapuan ini dapat dari cara berfikir mereka yang komprehensif atau luas. Misal: orang dewasa awal memahami bahwa ilmu pengetahuan yang dibuat manusia bukan suatu yang absolute tetapi dapt berubah dan berbeda sesuai dengan zamannya. Oleh karena itu orang dewasa awal sangat menghargai penemuan baru dan mudah menerima dan melaksanakan pembaharuan.
3. Orang dewasa awal memiliki efesiensi yang tinggi dalam menguasai ilmu- ilmu baru. Lebih mampu memanfaatkan waktu, kesempatan dan sarana yang ada. Semuanya berkaitan dengan peningkatan kualitas berfikir mereka.
4. Orang dewasa awal mampu menerapkan nilai-nilai yang dikuasai dalam kehidupan, seperti karir, keluarga, dan sosial di masyarakat.
5. Orang dewasa awal memiliki perasaan tanggung jawab yang makin tinggi terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
White (1970) berpendapat bahwa dewasa awal merupakan periode pembinaan hubungan yang mendalam dengan orang lain. Kecenderungan bentuk hubungan sosial menurut Roberth:
a) Orang yang menunjukkan kematangan sosial yang tinggi, terhindar dari sifat-sifat egosentris, memiliki sifat-sifat toleransi yang tinggi, senang menghargai orang lain dan mampu menerima kritikan dari orang lain
b) Ditandai oleh tingkah laku sosial yang suka mementingkan diri sendiri dan mempertahankan identitas diri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Seiringan dengan itu muncul lagi kecenderungan tingkah laku yang disebut deefening of interest yaitu minat yang lebih terarah kepada satu atau dua minat yang ditekuni dengan serius dibandingkan minat masa remaja. Tingkah laku yang muncul pada periode ini adalah humalization of Value yaitu tingkah laku yang bernilai manusiawi
B. Teori psikologi tentang perkembangan manusia
Dalam dunia psikologi dikenal empat teori tentang manusia, yaitu psikoanalisis, behaviorisme, psikologi kognitif dan psikologi humanistik.
Dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id) komponen psikologis (ego) dan komponen sosial (superego). Id berisi dorongan-dorongan biologis yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Ego bergerak atas prinsip realitas yang membawa kita ke kenyataan, superego berisi hati nurani yang berlaku sebagai polisi kepribadian. sikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan: 1) suatu metoda penelitian dari pikiran; 2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia; dan 3) suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional. Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang mendasari teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai pendekatan dalam perlakuan yang disebut “psikoanalitis” berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga beragam
Sementara itu behavorisme menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh peneguhan (reinforcement), tindakannya atas dasar ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Sementara kemampuan potensialnya untuk berperilaku didapatkannya melalui peniruan (imitation) dalam proses belajar sosial (social learning) Sistem psikologi behaviorisme ini merupakan transisi dari sistem sebelumnya. Psikologi behaviorisme memaknai psikologi sebagai studi tentang perilaku dan sistem ini mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad 20 Amerika Serikat. Psikologi behaviorisme sebagai disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi terhadap stimuli lingkungan. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi. Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristik yang secara umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga konsep locke tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan. Psikologi behaviorisme juga berfundamental pada refleksiologi. Meskipun penelitian tentang perolehan refleks dilakukan sebelum diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini sebagian besar dilakukan oleh peneliti berkebangsaan rusia seperti Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).
Selanjutnya Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi. Aspek kognitif meliputi Kematangan yang menuju kepada Semakin bertambahnya usia, maka semakin bijaksana seseorang. Adapula yang berkaitan dengan Pengalaman yang menuju kepada hasil interaksi dengan orang lain.lalu ada Transmisi sosial yang menuju kepada hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan lingkungan. Dan yang terakhir Equilibrasi yang menuju kepada perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen; (2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya; (3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain; (4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psikologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia ada dua yaitu faktor personal dan faktor situasional.
Faktor Personal
Faktor personal terdiri dari faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Sedangkan faktor situasional terdiri dari tujuh faktor
Faktor biologis menekankan pada pengaruh struktur biologis terhadap perilaku manusia. Pengaruh biologis ini dapat berupa instink atau motif biologis. Perilaku yang dipengaruhi instink disebut juga species characteristic behavior misalnya agresivitas, merawat anak dan lain-lain. Sedangkan yang bisa dikelompokkan dalam motif biologis adalah kebutuhan makan, minum dan lain-lainnya.
Faktor personal lainnya adalah faktor sosiopsikologis. Menurut pendekatan ini proses sosial seseorang akan membentuk beberapa karakter yang akhirnya mempengaruhi perilakunya. Karakter ini terdiri dari tiga komponen yaitu komponen afektif, kognitf dan komponen konatif.
Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Dalam komponen ini tercakup motif sosiogenesis, sikap dan emosi.
Komponen kognitif berkaitan dengan aspek intelektual yaitu apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif terdiri dari faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan, yaitu suatu keyakinan benar atau salah terhadap sesuatu atas dasar pengalaman intuisi atau sugesti otoritas.
Komponen konatif berkaitan dengan aspek kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang relatif
Faktor-faktor Situsional
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa
Ø Faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim
Ø Faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang
Ø Faktor temporal, misal keadaan emosi
Ø Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara
Ø Teknologi
Ø Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu
Ø Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya
Ø Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 comments:
Post a Comment