Saturday, May 22, 2010

exsistensi puasa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam memiliki lima dasar utama yang membuat tegak agama ini, dan salah satunya adalah Shoum atau yang lebih kita kenal sebagai puasa, seperti yang tersebut dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berikut :
« بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ »
Artinya : Islam di bangun atas lima dasar, yakni dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, haji dan menjalankan puasa[1]


Adakalanya puasa tersebut adalah puasa wajib seperti puasa pada bulan ramadhan, dan adakalanya juga puasa tersebut sunnah. Puasa adalah menahan. secaara artian adalah menahan
keinginan hawa nafsu(atau jasad/diri). namun justru malah menjalankan keinginan keinginan Allah lah yang terkandung di dalam AlQuran. sehingga lebih optimal lagi dalam menjalankan ibadah yang Allah inginkan
Umat islam diwajibkan untuk menjalankan ibadah ini adalah dikarenakan bahwa didalam ibadah puasa terdapat pelajaran berharga yang bertitik pangkal untuk memperbaiki diri, seperti kita diwajibkanuntuk bersabar, merasakan kesengsaraan yang dialami orang yang kurang beruntung, melatih hawa nafsu dan berbuat baik, kesemuanya itu merupakan nilai positif manusiawi yang sangat kental terkandung dalam ibadah puasa.[2]
Dalam pengaplikasian sehari-hari, puasa adalah sebuah rutinitas yang sangat dibenci laki-laki dan disukai perempuan karena sekalian diet, padahal menurut ilmu kedokteran, dengan berpuasa kita juga menyehatkan raga kita, sebab organ tubuh kita diistirahatkan sejenak dari pekerjaan yang setiap waktu mereka kerjakan sehari-hari seperti lambung yang mencerna setiap makanan, hati yang selalu menyaring racun yang masuk lewat makanan dan sebagainya
Dari sini jelas kita ketahui betapa pentingnya puasa sehingga islam menjadikannya salah satu tonggak yang mendirikan agama ini hingga bisa menjadi seperti sekarang ini, selain itu di dalam berpuasa kita bisa melatih jiwa dan raga kita sekaligus dan tentunyai hal yang paling disukai orang-orang pada zaman sekarang yakni kita bisa mendapatkannya denga Cuma-Cuma atau gratis tanpa harus ada biaya konsultasi ke dokter dan sebagainya.[3]
Akan tetapi berkenaan dengan amaliah ibadah yang satu ini, manusia sering kali terjebak hanya dengan menahan lapardan dahaga saja, namun mereka tetap melakukan segala sesuatu yang dalam proposionalnya tidak boleh dilakukan oleh orang yang berpuasa seperti melihat maksiat, dan melakukannya, begitu mereka menganggap bahwa selama mereka tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa mereka, maka puasa mereka tetap sah….pemikiran ini yang musti bersama sama kita luruskan sebab meskipun puasa tersebut sah menurut syariat islam, tetapi apakah puasa tersebut diterima dan akan di beri pahala oleh Allah SWT, tentu saying sekali bukan bila kita berpuasa menahan lapar dan dahaga selama seharian akan tetapi yang kita dapat hanyalah lapar dan dahaga saja tanpa bisa mencakup inti dari ibadah ini yakni mendekatkan diri kepada Allah SWT, padahal hal inilah yang sebenarnya diharapkan dari puasa.
Dan pada kesempatan kali ini, kami akan membahas tentang ibadah puasa adalah untuk Allah dan pahala yang didapatkannya adalah hak preogratif yang disandang Allah, semoga apa yang kami sampaikan didalam makalah ringkas kami ini dapat bermanfaat dan menjadi sebuah inspirasi agar kita kedepannya nanti menjadi muslim yang lebih baik lagi..amin ya mujibas sa'ilin

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan puasa adalah milik Allah?
2. Apa saja hukum dan keutamaan yang terkandung didalamnya?


















BAB II
PEMBAHASAN

A. Tentang Ibadah Puasa
Ibadah Puasa adalah sebuah kewajiban yang harus di jalankan oleh tiap-tiap muslim seperti firman Allah didalam Al-Qur'an :
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs?
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa[4],

Puasa dalam agama Islam (aum) artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Perintah puasa difirmankan oleh Allah pada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183.
Berpuasa merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Terdapat puasa wajib dan puasa sunnah, namun tata caranya tetap sama.[5]
Waktu haram puasa adalah waktu saat umat Muslim dilarang berpuasa. Hikmah puasa adalah ketika semua orang bergembira, seseorang itu perlu turut bersama merayakannya.
Hikmah Puasa
Ibadah Shaum Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mu’min adalah ibadah yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam QS. Al- Baqarah/2: 183. Hikmah dari ibadah shaum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah gigih dan ulet seperti yang dimaksud dalam QS. Ali ‘Imran/3: 146.[6]
ûÉiïr'x.ur `ÏiB %cÓÉ<¯R Ÿ@tG»s% ¼çmyètB tbqÎn/Í ×ŽÏWx. $yJsù (#qãZydur !$yJÏ9 öNåku5$|¹r& Îû È@Î6y «!$# $tBur (#qàÿãè|Ê $tBur (#qçR%s3tGó$# 3 ª!$#ur =Ïtä tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÍÏÈ
Artinya :Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.[7]

Secara Aktivitas
Puasa adalah menahan. secaara artian adalah menahan keinginan hawa nafsu(atau jasad/diri).namun justru malah menjalankan keinginan keinginan Allah lah yang terkandung di dalam AlQuran. sehingga lebih optimal lagi dalam menjalankan ibadah yang Allah inginkan.
Perintah puasa lebih menekankan kedalam aktifitas sendi kehidupan. dimana mampunya kita untuk menahan hawa nafsu kita (bahkan hingga makan dan minum pun kita tahan) kemudian menjalankan keinginan Allah sepenuhnya. sehingga meraih Taqwa[8]
Perintah puasa jatuh pada madinah. dimana dikondisi ummat islam saat itu baru saja hijrah dari mekkah setelah di tekan dari berbagai sisi kehidupan.. namun di sinilah terlihat sifat kesabaran(tidak lemah, tidak lesu, pantang mundur) dari semangat ummat islam untuk bangkit menyebarkan ayat-ayat Allah.ke seluruh wilayah..
Jenis-jenis Puasa
v     Puasa yang hukumnya wajib
Puasa Ramadan
Puasa karena nazar
Puasa kifarat atau denda
v     Puasa yang hukumnya sunah
Puasa 6 hari di bulan Syawal
Puasa Senin-Kamis
Puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak)
Puasa Asyura (pada bulan muharam)
Syarat wajib puasa :
ü      Beragama Islam
ü      Berakal sehat
ü      Baligh (sudah cukup umur)
ü      Mampu melaksanakannya
ü      Orang yang sedang berada di tempat (tidak sedang safar)
Syarat sah puasa :
ü      Islam (tidak murtad)
ü      Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
ü      Suci dari haid dan nifas
ü      Mengetahui waktu diterimanya puasa
Rukun puasa :
ü      Niat
ü      Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari fajar hingga terbenam matahari
B. Hadist Yang Berkaitan Dengan Masalah Puasa

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِى ، وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ ، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ إِفْطَارِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ ، وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ». رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ فِى الصَّحِيحِ عَنْ أَبِى نُعَيْمٍ ، وَأَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ مِنْ أَوْجُهٍ عَنِ الأَعْمَشِ.
Artinya : Dari Abi Hurairah radhiallahu anhu : Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda “Semua amal kebaikan bani Adam akan dilipat gandakan hingga sepuluh kali lipat atau tujuh ratus kali lipa, Allah SWT berfirman : kecuali puasa (pahala tak terbatas) karena puasa itu untuk Aku dan Aku akan membalas puasa adalah perisai karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsu dan makannya karena Aku demi Dzat yg jiwa Muhammad di tangan-Nya sesungguh bau mulut orang yang puasa lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak misk  orang yang puasa punya dua kegembiraan jika berbuka gembira jika bertemu dengan Rabb gembira karena puasa yang dia lakukan.” (HR. Bukhri (4/88) Muslim (no. 1151) ini lafadz Bukhori)"[9]

Makna mufrodat :
ضِعْفٍ = tingkatan, berlipat, maksudnya adalah pahala yang didapat akan dilipat gandakan oleh Allah SWT mulai 10 kali lipat hingga 700 kali lipat
أَجْزِى = membalas, memberi imbalan, maksudnya adalah bahwa allah akan membalas dengan balasan yang tak terhingga bagi orang yang berpuasa
يَدَعُ = menahan, mencegah, maksudnya adalah orang yang berpuasa yang sedang menahan lapar dahaga, hawa nafsu dan keinginan untuk melakukan maksiat
جُنَّةٌ = perisai, penahan maksudnya adalah bahwa puasa dapat mencegah kita untuk melakukan maksiat, dan dapat menjadi perisai kita untuk menahan hawa nafsu yang jelek
الْمِسْكِ = minyak wangi yang sangat harum, dan terbuat dari sari tanduk menjangan
Dari hadist diatas dapat di ketahui bahwasanya ibadah puasa merupakan ibadah khusus yang pahalanya adalah hak pereogratif Allah sebab karena begitu besarnya nilai balasan yang akan diterima bagi orang yang melakukan ibadah ini dengan penuh ketaatan, lafadz  الصَّوْمُ adalah puasa yang benar tatacaranya serta menjauhi larangan-larangan Allah, Intinya adalah puasa yang bisa diterima oleh Allah SWT, lantas bagaimana cara agar puasa kita bisa diterima oleh Allah SWT dan Kita bisa benar-benar berpuasa untuk Allah agar bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah..?
Cara mengukur puasa diterima Allah SWT atau tidak, ternyata mudah. Parameternya sederhana, merasa ringan menahan lapar dan haus setelah 13 hari berlalu dan sisa 17 hari lagi puasa. Menurut Ustadz Sidiq Insi, ganjaran puasa memang rahasia Ilahi. Tetapi setiap muslim bisa menguji kadar amalannya pada perilaku fisik dan psikologis masing-masing. "Jika merasa enteng, tidak ada beban saat berpuasa berari tandanya puasanya diterima Allah," kata Ustadz Sidiq.
Selama 13 hari berlalu, tidak sedikit orang berpuasa merasa berat menahan lapar dan dahaga. Sehingga di pikirannya hanya ada makanan dan minuman lezat dan menyegarkan. Amalan puasa orang seperti itu, lanjutnya, tidak diterima Allah karena menjalankan ibadah dengan perasaan terpaksa.[10]
Ustadz Sidiq mengutip ayat Al-Qur'an:
šúïÏ%©!$# tbqè=yèøgs yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä 4 t$öq|¡sù šcqßJn=ôètƒ ÇÒÏÈ
Artinya :(yaitu) orang-orang yang menganggap adanya Tuhan yang lain di samping Allah; Maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya).( An Nahl:96).[11]
Reaksi amalan puasa diterima Allah terhadap perilaku adalah tumbuhnya sifat sabar. Karena sabar lah, seorang muslim tetap bekerja di siang hari sekalipun sedang berpuasa.
Sifat sabar ada tiga: Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah, dalam mejalankan ibadah wajib dan ibadah sunnah.
Kedua, sabar terhadap maksiat, terhadap godaan yang bisa menjerumuskan pada pengingkaran perintah Allah. Ketiga, sabar ketika ditimpa musibah, menerima bahwa besar kecilnya cobaan adalah datangnya hanya dari Allah SWT. Jika tiga sifat sabar itu dimiliki orang berpuasa, Ustadz Sidiq melanjutkan, maka dialah yang dijanjika pahala puasa.[12]
3 $yJ¯RÎ) ®ûuqムtbrçŽÉ9»¢Á9$# Nèdtô_r& ÎŽötóÎ/ 5>$|¡Ïm ÇÊÉÈ
Artinya : Sesungguhnya Hanya orang-orang yang Bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. ( Az zumar:10).[13]

            Orang yang mau untuk berpuasa akan dijauhkan oleh Allah dari fitnah keluarga, harta dan tetangga sesuai dengan hadist rosulullah yang diiwayatkan oleh Hudzaifah Ibnul Yaman :
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ

Artinya : “Fitnah pria dari keluarga (istri) harta dan tetangga bisa dihapuskan oleh shalat puasa dan shodaqoh, melakukan perintah Allah dan menjauhi laranganNYA” (HR. Bukhori (2/7) Muslim (144))[14]

Maka, sungguh beruntung orang yang mau menjalankan ibadah puasa karena Allah, sebab Allah telah menjanjikan dirinya aman dari fitnah keluarga, harta dan tetangganya, sehingga didalam kehidupannya, dia akan medapatkan ketenangan hidup serta jiwanya pun akan semakin dekat dengan Allah, selain itu Allah juga menjanjikan ampunan dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat dimasa lalu seperti hadis berikut yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ». رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ فِى الصَّحِيحِ عَنْ عَلِىٍّ عَنْ سُفْيَانَ.
Artinya : Dari Abi Hurairah radhiallahu anhu : Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari)[15]

Dari semua keterangan hadist yang di ungkapkan diatas menunjukkan betapa mulianya sebuah ibadah puasa, meski terkesan hanya sebuah ibadah yang menjemukan namun sesungguhnya pahala serta manfaatnya sangat besar, disamping itu, Allah juga menjanjikan berbagai kenikamatan dan keuntungan yang berlimpah bagi mereka yang mau menjalankan ibadah ini.

C. Biografi Perowi Hadist
Biografi Abu Hurairah
Nisbah dan Kelahiran beliau[16]
Berkaitan dengan nama beliau, terdapat perbedaan dikalangan ulama. Ada yang menyebutkan bahwa nama beliau adalah Abdurrahman bin Shakr. Al-Hakim Abu Ahmad menyebutkan, ”Bahwa inilaha nama beliau yang paling shahih.” Ibnu Abdil Barr dan an-Nawawi mengatakan, ”Dari tiga puluhan pendapat, nama beliau yang paling tepat adalah Abdurrahman.” Selain itu ada yang mengatakan nama beliau adalah Ibnu Ghanm. Dan dimasa jahiliyah ada yang menyebutkan bahwa nama beliau adalah Abdu Syams kemudian Rasulullah SAW menggantinya menjadi Abdullah dan diberi kunyah sebagai Abu Hurairah. Ibnu Asakir menyebutkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah, ”Bahwa Rasulullah SAW memberi kunyah kepadaku sebagai Abu Hirr,” dikarenakan beliau sering bermain dengan kucing disaat masih kecil. Ada yang menyebutkan bahwa nama beliau adalah : Amir, ada yang menyebutkan, Bariir dan selainnya.
Sedangkan nama bapak beliau juga terdapat perselisihan, Hisyam bin al-Kalbi menyebutkan bahwa nama bapak beliau adalah Umair bin Amir bin Dzi asy-Syara bin Thariif bin Ayyan bin Abu Sha’ab bin Haniyyah bin Sa’ad bin Tsa’labah bin Salim bin Fahm bin Ghanm bin Daus bin Adnan bin al-Azdi. Adapun ibunda beliau adalah Maimunah binti Shubaih –radhiallahu ’anha.
Beliau dilahirkan tahun 31 setelah kejadian tentara Gajah, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Atiqi dan al-Qa’nabi di dalam tarikh beliau.

Ke-Islaman beliau
Diantara ulama ada yang menyebutkan bahwa awal ke-Islaman beliau radhiallahu ‘anhu adalah pada tahun terjadinya perang Khaibar yaitu di awal tahun ke tujuh hijriyah. Dan ketika beliau mneyatakan ke-islaman beliau dihadapan Nabi SAW, beliau SAW bertanya kepadanya, “Dari manakah engkau?” Abu Hurairah menjawab, “Dari –kabilah- Daus.” Kemudian beliau SAW bersabda, “Tidaklah saya sebelumnya melihat pada kabilah Daus seseorang yang memiliki kebaikan.”
Dan Abu Hurairah juga mengatakan, bahwa beliau telah turut serta dalam peristiwa perang Khaibar sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’id bin al-Musayyab. Qais bin Abi Hazim menyebutkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Saya tiba di Khaibar setelah mereka menuntaskan peperangan.”
Pada riwayat lainnya disebutkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Saya tiba di Madinah sebagai seorang muhajir. Disaat yang bersamaan Nabi SAW telah pergi menuju Khaibar. Lalu saya mengerjakan shalat dibelakang Siba’ bin’Arfathah.” Setelah itu Abu Hurairah menyertai Rasulullah SAW selama empat tahun, sejak penaklukan Khaibar hingga wafat Rasulullah SAW.[17]

Jumlah hadits yang beliau riwayatkan
Beliau meriwayatkan sangat banyak hadits dari Nabi SAW, bahkan beliau adalah sahabat yang paling banyak riwayatnya dari Nabi SAW. Abu Hurairah mengatakan, ”Saya telah menghafalkan dari Rasulullah SAW tiga kantong besar hadits. Dan saya hanya menyampaikan dua kantong saja.” Pada riwayat lainnya, ”Saya telah menghafalkan dari beliau SAW dua bejana besar. Adapun salah satunya, maka saya telah menyebar luaskannya kepada kaum muslimin sementara bejalan satunya, kiranya saya menyebarkannya, niscaya ilmu ini akan berkesudahan.”
Beliau meriwayatkan lima ribu tiga ratus tujuh puluh empat hadits. Tidak seorangpun sahabat yang meriwayatkan jumlah hadits sebanyak ini. Yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim sebanyak tiga ratus dua puluh enam hadits. Sementara yang diriwayatkan oleh al-Bukharis secara terpisah sejumlah sembilan puluh enam hadits dan oleh Muslim secara terpisah sebanyak seratus sembilan puluh hadits.
Asy-Syafi’i mengatakan, ”Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak hafalan haditsnya di masa beliau. Abu Hurairah mengatakan –pada riwayat yang shahih dari beliau-, ”Tidak seorangpun yang lebih banyak haditsnya dariku selain si fulan, karena menulis hadits.”
Beliau telah menyadur ilmu yang sangat banyak dari Nabi SAW, tidak seorangpun sahabat yang melebihi banyaknya ilmu yang beliau riwayatkan dari Nabi SAW. Juga beliau meriwayatkan dan menyadur ilmu dari Ubay bin Ka’a, Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar, Usamah, Aisyah, al-Fadhl, Bashrah bin Abi Bashrah dan Ka’ab al-Jadr. Al-Bukhari mengaakan, “Lebih dari delapan ratus antara sahabat maupun tabi’in yang telah meriwayatkan dari Abu Hurairah.”
Dan beliau termasuk diantara sahabat yang mengeluarkan fatwa di Madinah, bersama dengan Ibnu Umar dan Ibnu Abbas.” Ibnu Hazm mengatakan, “Sahabat pada tingkat pertengahan dalam hal fatwa adalah Utsman, Abu Hurairah, Abdullah bin Amru bin al-Ash, Ummu Salamah, Anas, Abu Sa’id, Abu Musa, Abdullah bin az-Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqash, Salman al-Farisi, Jabir, Mu’adz dan Abu Bakar.”
Sementara yang meriwayatkan dari beliau, baik dari generasi sahabat dan tabi’in juga sangat banyak, ada yang menyebutkan hingga mencapai delapan ratus orang. Diantara mereka Jabir bin Abdullah, Ibnu Abbas, Jahman al-Aslami, al-Jullaas, al-Hasan al-Bashri, Humaid bin Abdurrahman, Hanzhalah bin Ali, Rabi’ah al-Jurasyi, Salim al-‘Umari, Sa’id bin al-Musayyab, Sa’id al-Maqburi, Sa’id bin Abi Hind, Shalih maula at-Tau`amah, Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash, Thawus al-Yamani, Amir asy-Sya’bi, Abdullah bin Rafi’ maula Ummu Salamah, Abu Salamah Abdullah bin Rafi’ al-Hadhrami, Abdullah bin Syaqiq, Ubaidullah bin Abdillah bin Umar, Abdurrahman bin Abdillah bin Ka’ab, Abdurrahman bin ghanm, Abdurrahman bin Abi Karimah, Abdurrahmanbin Mihran maula Abu Hurairah, al-‘A’raj Abdurahman bin Hurmuz, Atha’ bin Yazid, Atha` bin Yasaar, Urwah bin az-Zubair, Amru bin Dinar, al-Qasim bin Muhammad, al-Mughirah bin abi Burdah, Makhul, Musa bin Thalhah, Maimun bin Mihran, Nafi’ bin Jubair, Nafi’ al-‘Umari, Nu’aim al-Mujmir, Abu Idris al-Khaulani, Abu Shalih as-Samman, Ummu ad-Darda` ash-Shughra dan masih banyak lagi lainnya.[18]



Wafat beliau
Beliau wafat di Madinah an-Nabawiyah, ada yang mengatakan bahwa beliau wafat di al-‘Aqiiq. Dan dimakamkan di Baqi’. Adapun tahun wafat beliau, dikalangan ulama ada yang berpendapat bahwa Abu Hurairah radhia;;ahu ‘anhu wafat tahun 57 Hijriyah bertpatan dengan tahun wafatnya Aisyah radhiallahu ‘anha. Ada juga yang berpendapat beliau wafat tahun 59 Hijriyah, dan pendapat terakhir ini yang dibenarkan oleh Imam an-Nawawi.
Al-Waqidi menyebutkan, bahwa Abu Hurairah menshalati jenazah Aisyah radhiallahu ‘anha tahun 58 Hijriyah di bulan Ramadhan, dna juga menshalati jenazah Ummu Salamah pada bulan Syawal tahun 59 Hijriyah. Dan beliau wafat setelah itu ditahun yang sama pada 78 tahun.
Disebutkan bahwa beliau pernah berdoa, “Wahai Allah janganlah sampai saya mendapatkan tahun ke-enam puluh hijriyah.” Hingga akhirnya beliau wafat setahun sebelumnya.
Pada saat pemakaman beliau, Ibnu Umar termasuk diantara yang mengantarkannya, dan beliau hingga menangis karena seringnya beliau mendoakan rahmat kepada Abu Hurairah. Dan beliau berkata, “Abu Hurairah adalah seseorang yang menjaga hadits Rasulullah SAW bagi kaum muslimin.”[19]



















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

v     Puasa merupakan ibadah yang agak berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya sebab jika amal ibadah lain telah jelas takaran pahalanya maka untuk puasa pahala ibadah ini adalah hanya Allah yang tahu
v     Puasa dapat mencegah kita dari berbagai macam penyakit, baik penyakit jasad, maupun jiwa
v     Puasa adalah benteng pertahanan bagi manusia dari perbuatan jelek dan dapat menahan keinginan hawa nafsu kita
v     Allah telah menjanjikan bagi orang yang melakukan ibadah puasa, sebuah pengampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu dan juga allah akan menyelamatkannya dari fitnah-fitnah keluarga, harta, dan tetangga
v     Cara mengukur puasa diterima Allah SWT atau tidak, ternyata mudah. Parameternya sederhana, merasa ringan menahan lapar dan haus setelah 13 hari berlalu dan sisa 17 hari lagi puasa. Menurut Ustadz Sidiq Insi, ganjaran puasa memang rahasia Ilahi. Tetapi setiap muslim bisa menguji kadar amalannya pada perilaku fisik dan psikologis masing-masing. "Jika merasa enteng, tidak ada beban saat berpuasa berari tandanya puasanya diterima Allah," kata Ustadz Sidiq
v     Dari semua keterangan hadist yang di ungkapkan diatas menunjukkan betapa mulianya sebuah ibadah puasa, meski terkesan hanya sebuah ibadah yang menjemukan namun sesungguhnya pahala serta manfaatnya sangat besar, disamping itu, Allah juga menjanjikan berbagai kenikamatan dan keuntungan yang berlimpah bagi mereka yang mau menjalankan ibadah ini
v     Dan pada akhirnya puasa adalah sebuah pembuktian keimanan kita dan rasa cinta kita kepada Allah SWT yangtelah memerintahkan kita untuk menjalankan ibadah ini, sebab hanya orang-orang yang beriman, yang benar-benar mencintai Allah yang bias melakukan dan menjalani badah puasa dengan penuh kesabaran, semoga kita semua adalah termasuk golongan orang-orang yang benar-benar beriman dan mencintai Allah dengan sepenuh hati….amin



Daftar Pustaka


Ø      Puasa Ramadhan Sebagai Terapi Pencerahan Spiritual, Zaprulkhan, Hikmah, 2007

Ø      Renungan Puasa, Mohammad Lathif, Maktab Dakwah, 2009

Ø      Puasa Sunnah Hukum Dan Keutamaannya, Usamah Abdul Aziz Pustaka Azzam, 2001

Ø      Buku Saku Sifat Puasa Nabi, Dul Azhim Al-Khalafi, Media Tarbiyah, 2002

Ø      Fiqh Puasa, dr. Yusuf Qardhawi, Era Intermedia, 2009

Ø      Sejarah Para Ahli Hadist, Suyadi., S.Pd.i, Mitra Pustaka, 2007

Ø      Jami’us Shohih Sunan at-Turmudzi, Dalam Program Kitab Maktabas As-Syamilah

Ø      Shohihul Bukhori, Dalam Program Kitab Maktabas As-Syamilah

Ø      Mirosun Nabi Fima Ittafaqo Bukhori Wal Muslim, Dalam Program Kitab Maktabas As-Syamilah

Ø      Nihayatul Muhtaj, Dalam Program Kitab Maktabas As-Syamilah

Ø      Al-quran In World (Program Al-Qur’an Digital)

Ø      http://www.islamhouse.com




[1] Shohihul Bukhori, Dalam Program Kitab Maktabas As-Syamilah

[2] Buku Saku Sifat Puasa Nabi, Dul Azhim Al-Khalafi, Media Tarbiyah, 2002, hal, 11
[3] Puasa Sunnah Hukum Dan Keutamaannya, Usamah Abdul Aziz Pustaka Azzam, 2001, 24
[4] Al-quran in world
,, 2001, hal,34 Hikmah[5] Puasa Ramadhan Sebagai Terapi Pencerahan Spiritual, Zapurkhan,
[6] Puasa Sunnah Hukum Dan Keutamaannya, Usamah Abdul Aziz Pustaka Azzam, 2001, hal. 73
[7] Al-quran in world
[8] Renungan Puasa, Mohammad Lathif, Maktab Dakwah, 2009, hal 16
[9] Mirosun Nabi Fima Ittafaqo Bukhori Wal Muslim, Dalam Program Kitab Maktabas As-Syamilah
[10] http://www.islamhouse.com
[11] Al-quran in world
[12] Fiqh Puasa, dr. Yusuf Qardhawi, Era Intermedia, 2009, hal 27
[13] ibid
[14] Jami’us Shohih Sunan at_Turmudzi, Dalam Program Kitab Maktabas As-Syamilah
[15] Nihayatul Muhtaj, Dalam Program Kitab Maktabas As-Syamilah
[16] Sejarah Para Ahli Hadist, Suyadi., S.Pd.i, Mitra Pustaka, 2007, hal 83
[17] Ibid hal. 86
[18] Ibid hal. 88
[19] Ibid hal. 91

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 comments: