Insya Allah sebulan penuh kita ummat Islam akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Orang-orang beriman yang telah akil baligh diwajibkan berpuasa selama bulan Ramadhan.
Puasa atau shiyam adalah menahan diri dari makan dan minum serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai Maghrib. Selama berpuasa tidak ada asupan makanan dan minuman sehingga berpuasa identik dengan rasa lapar dan lemas.
Rasa lapar selama puasa tentu tidak dapat dihilangkan sama sekali dan Allah pun menginginkan manusia mengetahui bagaimana rasanya lapar sehingga akan tumbuh rasa kesetiakawanan sosial, peduli terhadap orang miskin yang laparnya hampir sepanjang waktu, tidak tahu waktu pasti untuk berbukanya. Agar kita tetap mampu beraktivitas dengan baik, perlulah kiranya kita mengetahui kiat mengendalikan lapar pada saat berpuasa.
Yang pertama tentu saja memasang niat bersungguh-sungguh untuk melaksanakan puasa. Niat sungguh-sungguh akan memengaruhi kerja otak. Otaklah yang mengendalikan semua perangkat kerja , hormon, dan enzim yang bekerja di dalam tubuh. Pada saat berpuasa kadar gula darah turun, tubuh akan mengirim sinyal ke otak yang diterjemahkan dengan rasa lapar.
Niat dapat memengaruhi kerja otak. Ini terbukti dari lapar yang kita rasakan pada saat telat makan dan bandingkan dengan lapar yang kita rasakan saat berpuasa.
Telat makan dapat menyebabkan orang sakit lambung (maag), tetapi tidak sedikit orang yang sakit maag sehat saat berpuasa. Orang yang sakit gula telat makan akan lemas. Tapi, pada umumnya mereka kuat dan sehat saat berpuasa. Inilah bukti bahwa niat sungguh-sungguh penting.
Yang kedua, untuk mengurangi rasa lapar yang berlebihan pada siang hari diperlukan pengetahuan tentang makanan yang dapat membantu kita merasa kenyang lebih lama. Rasa lapar disebabkan oleh rendahnya kadar gula di dalam darah.
Makanan akan memberikan rasa kenyang lebih lama bila kandungan gula yang terdapat pada makanan dilepaskan secara perlahan ke dalam darah. Dengan pelepasan secara lambat, maka kadar gula darah akan lebih stabil sehingga sinyal rasa lapar dapat ditunda. Cepat atau lambatnya pangan dalam menaikkan gula darah atau glukosa ini kita sebut sebagai indeks glikemik.
Gula atau glukosa yang terdapat dalam darah diolah menjadi energi di dalam sel. Oleh karena itu, jika glukosa darah rendah kita jadi lemas.
Sumber utama glukosa darah berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat meskipun lemak dan protein dapat diubah oleh tubuh menjadi energi. Namun, energi yang terbaik, termurah, dan efisien berasal dari karbohidrat.
Oleh karena itu, dari 2.100 kilokalori yang kita butuhkan sehari 60 persen energi sebaiknya berasal dari karbohidrat. Sumber karbohidrat adalah umbi-umbian, seperti ubi kayu, ubi jalar, kentang. Juga bersumber dari biji-bijian, seperti padi, jagung, dan gandum.
Setiap jenis sumber karbohidrat mempunyai kecepatan dalam menaikkan gula darah berbeda-beda sangat ditentukan oleh komponen penyusun dari bahan pangan tersebut. Semakin utuh suatu bahan semakin rendah indeks glikemiknya.
Beras yang masih utuh kulit arinya memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan dengan beras yang telah mengalami penyosohan berulang. Artinya, beras merah lebih lama memberikan rasa kenyang, sedangkan beras putih bersih lebih singkat.
Bahan pangan yang memiliki kandungan serat lebih tinggi memiliki indeks glikemik yang lebih rendah. Serat pada bahan pangan mampu untuk memperlambat penyerapan glukosa oleh usus. Sebagai contoh kacang-kacangan mempunyai indeks glikemik yang lebih rendah dari biji-bijian.
Untuk membantu menurunkan indeks glikemik dari biji-bijian dapat ditambahkan serat yang berasal dari sayuran. Jadi, pada saat kita mengonsumsi nasi yang merupakan biji-bijian perlu dikonsumsi bersamaan dengan sayuran.
Pengolahan makanan yang menyebabkan bahan tersedia dalam bentuk lebih kecil atau halus dan mudah dicerna dan diserap akan menyebabkan kenaikan indeks glikemik. Misalnya, makanan yang terbuat dari tepung-tepungan indeks glikemiknya lebih tinggi dibandingkan bahan asalnya yang masih kompleks.
Agar kita dapat hidup sehat perlu selalu mengonsumsi makanan seimbang yang terdiri dari sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, dan air. Untuk mengatasi rasa lapar pilihlah sumber karbohidrat yang relatif masih kompleks atau utuh untuk menurunkan indeks glikemik biji-bijian yang mengandung rendah serat, tambahkan sayur atau buah dalam menu makanan. Selamat berpuasa.
Puasa atau shiyam adalah menahan diri dari makan dan minum serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai Maghrib. Selama berpuasa tidak ada asupan makanan dan minuman sehingga berpuasa identik dengan rasa lapar dan lemas.
Rasa lapar selama puasa tentu tidak dapat dihilangkan sama sekali dan Allah pun menginginkan manusia mengetahui bagaimana rasanya lapar sehingga akan tumbuh rasa kesetiakawanan sosial, peduli terhadap orang miskin yang laparnya hampir sepanjang waktu, tidak tahu waktu pasti untuk berbukanya. Agar kita tetap mampu beraktivitas dengan baik, perlulah kiranya kita mengetahui kiat mengendalikan lapar pada saat berpuasa.
Yang pertama tentu saja memasang niat bersungguh-sungguh untuk melaksanakan puasa. Niat sungguh-sungguh akan memengaruhi kerja otak. Otaklah yang mengendalikan semua perangkat kerja , hormon, dan enzim yang bekerja di dalam tubuh. Pada saat berpuasa kadar gula darah turun, tubuh akan mengirim sinyal ke otak yang diterjemahkan dengan rasa lapar.
Niat dapat memengaruhi kerja otak. Ini terbukti dari lapar yang kita rasakan pada saat telat makan dan bandingkan dengan lapar yang kita rasakan saat berpuasa.
Telat makan dapat menyebabkan orang sakit lambung (maag), tetapi tidak sedikit orang yang sakit maag sehat saat berpuasa. Orang yang sakit gula telat makan akan lemas. Tapi, pada umumnya mereka kuat dan sehat saat berpuasa. Inilah bukti bahwa niat sungguh-sungguh penting.
Yang kedua, untuk mengurangi rasa lapar yang berlebihan pada siang hari diperlukan pengetahuan tentang makanan yang dapat membantu kita merasa kenyang lebih lama. Rasa lapar disebabkan oleh rendahnya kadar gula di dalam darah.
Makanan akan memberikan rasa kenyang lebih lama bila kandungan gula yang terdapat pada makanan dilepaskan secara perlahan ke dalam darah. Dengan pelepasan secara lambat, maka kadar gula darah akan lebih stabil sehingga sinyal rasa lapar dapat ditunda. Cepat atau lambatnya pangan dalam menaikkan gula darah atau glukosa ini kita sebut sebagai indeks glikemik.
Gula atau glukosa yang terdapat dalam darah diolah menjadi energi di dalam sel. Oleh karena itu, jika glukosa darah rendah kita jadi lemas.
Sumber utama glukosa darah berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat meskipun lemak dan protein dapat diubah oleh tubuh menjadi energi. Namun, energi yang terbaik, termurah, dan efisien berasal dari karbohidrat.
Oleh karena itu, dari 2.100 kilokalori yang kita butuhkan sehari 60 persen energi sebaiknya berasal dari karbohidrat. Sumber karbohidrat adalah umbi-umbian, seperti ubi kayu, ubi jalar, kentang. Juga bersumber dari biji-bijian, seperti padi, jagung, dan gandum.
Setiap jenis sumber karbohidrat mempunyai kecepatan dalam menaikkan gula darah berbeda-beda sangat ditentukan oleh komponen penyusun dari bahan pangan tersebut. Semakin utuh suatu bahan semakin rendah indeks glikemiknya.
Beras yang masih utuh kulit arinya memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan dengan beras yang telah mengalami penyosohan berulang. Artinya, beras merah lebih lama memberikan rasa kenyang, sedangkan beras putih bersih lebih singkat.
Bahan pangan yang memiliki kandungan serat lebih tinggi memiliki indeks glikemik yang lebih rendah. Serat pada bahan pangan mampu untuk memperlambat penyerapan glukosa oleh usus. Sebagai contoh kacang-kacangan mempunyai indeks glikemik yang lebih rendah dari biji-bijian.
Untuk membantu menurunkan indeks glikemik dari biji-bijian dapat ditambahkan serat yang berasal dari sayuran. Jadi, pada saat kita mengonsumsi nasi yang merupakan biji-bijian perlu dikonsumsi bersamaan dengan sayuran.
Pengolahan makanan yang menyebabkan bahan tersedia dalam bentuk lebih kecil atau halus dan mudah dicerna dan diserap akan menyebabkan kenaikan indeks glikemik. Misalnya, makanan yang terbuat dari tepung-tepungan indeks glikemiknya lebih tinggi dibandingkan bahan asalnya yang masih kompleks.
Agar kita dapat hidup sehat perlu selalu mengonsumsi makanan seimbang yang terdiri dari sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, dan air. Untuk mengatasi rasa lapar pilihlah sumber karbohidrat yang relatif masih kompleks atau utuh untuk menurunkan indeks glikemik biji-bijian yang mengandung rendah serat, tambahkan sayur atau buah dalam menu makanan. Selamat berpuasa.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 comments:
Post a Comment